Duh Presidenku, Masih kah Proyek Mercusuar Itu Penting Bagimu?


Oleh: Edi Sutiyo

Bandung, Jurnal1.id- Kenaikan Harga BBM sudah dapat di pastikan akan terjadi efek domino, terutama bahan pokok akan melonjak tinggi, biaya transportasi akan naik, semua akan melakukan " Penyesuaian" menggunakan pilihan kata seperti kata pemerintah.

Lalu apakah pengalihan subsidi bagi warga miskin akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan hidup yang di jalani?

Padahal kalau pemerintah mau sedikit peduli akan nasib rakyat, meninjau ulang semua proyek- proyek besar yang menelan anggaran fantastis, seperti proyek Ibukota Baru di Kalimantan, kereta cepat Jakarta- Bandung yang sesungguhnya tidak menjadi kebutuhan dasar bagi rakyat, sekarang tinggal pilih melihat rakyat mati kelaparan dan tidak mampu hidup semestinya, atau bangga dengan keberhasilan proyek mercusuar tapi air mata rakyat kecil tumpah membasahi bumi Pertiwi, bagi rakyat tidak ada pilihan kecuali pasrah, mungkin sudah tidak ada lagi partai atau wakil rakyat yang mau menangis-nangis memperjuangkan agar BBM tidak naik,  rakyat butuh tindakan nyata, rakyat kecil itu bukan mereka yang bekerja di kantor- kantor ber AC, bermobil mewah, rumahnya bukan di komplek elit, makannya bukan di restoran siap saji yang sekali makan bisa menghabiskan ratusan ribu bahkan jutaan, rakyat kecil itu bukan anak- anaknya yang sekolah di sekolah favorit dengan biaya bulanan dan uang masuk yang puluhan juta, rakyat kecil   itu adalah mereka yang berjualan keliling sambil memikul dagangan, mereka adalah mang Asep, Mang Amin, Mang Aduy, Mas Tarno,  mereka adalah pedagang cuanki, siomay, bakso, jualan kripik dan lainnya yang sehari - hari mereka hanya meraih omzet puluhan atau paling banyak ratusan ribu belum di potong modal jualan.


Rakyat kecil itu adalah mereka yang pagi hari sudah mangkal di pinggir jalan mengantar penumpang, mereka yang berangkat subuh bahkan dini hari kepasar, rakyat kecil itu, adalah mereka  para tukang ojek yang paling banter membawa pendapatan 40-50 ribu sehari itu pun kadang belum di potong pengeluaran lainnya, mereka adalah sopir angkot yang sudah tidak mampu lagi melakukan demo, karena takut di tangkap dan dianggap makar, yang kini hanya mampu termenung pasrah, mereka adalah tukang sayur keliling yang saat ini bingung harus menetapkan harga dagangan ditengah rengekan dan rintihan ibu- ibu untuk sekedar membeli seikat sayur kangkung, sosin dan sebatang tempe namun masih menawar harga.



Mereka rakyat kecil itu juga termasuk wartawan dari media kecil yang tanpa di gaji oleh perusahaan medianya, padahal banyak pejabat dari tingkat terendah mendapat manfaat dari tulisannya, mereka mampu dilihat prestasi, dan naik jabatan karena salah satunya pencitraan yang di tulis sang wartawan, mereka yang mampu dan meraih popularitas dan pujian, sanjungan serta mendapatkan banyak Fasilitas negara karena publik serta atasannya membaca prestasi sang pejabat, wartawan dari media kecil ini ada puluhan ribu bahkan ratusan ribu tersebar di seluruh tanah air, mereka yang setiap hari hanya bermodalkan motor butut, jaket lusuh serta kadang terlihat tak" bernyawa"


Mereka inilah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan puluhan ribu, dan harus mampu mencukupi seluruh kebutuhan hidup, mereka punya anak- anak yang sekolah yang setiap hari meminta jajan hanya untuk sekedar sekolah, banyak diantara mereka belum mampu membelikan seragam sekolah bagi anaknya, belum mampu membelikan tas dan sepatu yang layak, ini juga jadi psikologis bagi sang anak di sekolah, pak Jokowi inilah sebagian kecil rakyatmu yang mampu di literasi, ini belum seberapa masih banyak lagi rakyat mu yang lebih menderita, masih kah presidenku terus berambisi meneruskan proyek-proyek tersebut? atau hentikan sesaat agar rakyatmu mampu menghela nafas. ( Edi)

Share on Google Plus

0 Comments :

Posting Komentar